TpCiTSdpTSG0GpAoTfC8GpA9BY==

Prabowo Subianto dan gagasan kepemimpinan islam : dari Salahudin Al Ayubi hingga Muhammad Al Fatih



Pidato Prabowo Subianto pada pembukaan Konferensi Parlementary 
Union of The OIC Member States  OKI (Organisasi Konfrensi Islam) ke-19 di Jakarta

Pidato Prabowo Subianto pada pembukaan Konferensi Parlementary Union of The OIC Member States  OKI (Organisasi Konfrensi Islam) ke-19 di Jakarta beberapa hari lalu, membuat kagum ratusan delegasi dari 37 negara OKI. Speech Prabowo Subianto dinilai selaras dengan tema KTT Silver Jubilee MPR OKI bertema "Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience" (Tata Kelola yang Baik dan Lembaga yang Kuat sebagai Pilar Ketahanan). Dalam pidatonya, Prabowo Subianto mengambil inspirasi kepemimpinan melalui pesan-pesan moral-keagamaan dari tokoh-tokoh besar Islam sebagai pilar ketahanan umat Islam. 

Kepiawain Prabowo Subianto menjelaskan sejarah Islam dan mengambil inpisrasi dalam kaitannya  membangun ketahanan dunia Islam dengan menyebut sejumlah tokoh besar Islam seperti Salahuddin Al-Ayyubi, Khalid bin Walid, Umar bin Khattab, dan Muhammad Al-Fatih mendapatkan standing applause dari para delegasi yang hadir. Menurut Prabowo Subianto dalam membentuk tata kelola negara yang baik dan kuat Prabowo Subianto menajak para pemimpin dunia Islam untuk mengambil inspirasi dari beberapa tokoh besar Islam. 

Salahuddin Al-Ayyubi: Persatuan Umat sebagai Kekuatan Strategis

Prabowo memulai pidatonya dengan menyebut nama Salahuddin Al-Ayyubi, sosok yang menjadi simbol kejayaan Islam melalui kekuatan persatuan. Salahuddin, panglima besar dari Dinasti Ayyubiyah, dikenal karena kemampuannya menyatukan umat Islam yang terpecah belah pada masa Perang Salib.

Di tengah konflik politik dan sektarian di Timur Tengah, Salahuddin tampil sebagai pemimpin yang menyatukan Sunni dan Syiah untuk membebaskan Baitul Maqdis melalui pertempuran Hattin (1817 M). Prabowo menyebut, apabila umat Islam ingin kuat dan bermartabat di kancah global, maka jalan utamanya adalah persatuan. Dalam konteks kekinian, di mana dunia Islam dilanda konflik internal, seperti sikap ego sektoral, dan polarisasi politik, pesan ini menjadi sangat penting.

Seperti halnya Salahuddin, Prabowo mendorong agar pemimpin-pemimpin Islam membangun koalisi strategis dan menjadikan solidaritas umat muslim sebagai alat diplomasi yang bermartabat. Hal ini bisa diterjemahkan dengan cara memperkuat kerjasama dalam bidang ekonomi, budaya dan politik untuk memperkuat persatuan umat Islam.

Khalid bin Walid: Ketegasan dan Loyalitas Tanpa Pamrih

Tokoh kedua yang disebut Prabowo adalah Khalid bin Walid (lahir 592 M), panglima perang ternama pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin, yang dikenal dengan julukan "Pedang Allah yang Terhunus." Dalam pidatonya, Prabowo menekankan bahwa sosok Khalid adalah contoh pemimpin lapangan yang tak hanya memiliki strategi militer cemerlang, tetapi juga kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada kebenaran.

Khalid adalah simbol ketegasan. Ia tidak ragu mengambil keputusan sulit di medan perang, tetapi juga tidak mencari pujian atau jabatan untuk kepentingan pribadi. Bahkan ketika dicopot dari jabatan panglima oleh Khalifah Umar bin Khattab, Khalid tetap berjuang di garis depan tanpa protes. "Loyalitas dan pengabdian seperti inilah yang harus dimiliki pemimpin saat ini," kata Prabowo dalam pidatonya.

Melalui Khalid bin Walid, Prabowo ingin menanamkan nilai keberanian, integritas, dan kesetiaan kepada amanah, bukan kepada kepentingan pribadi, keluarga, kelompok apalagi kekuasaan atau popularitas. Ini adalah pesan moral bagi semua pemimpin muslim: jangan berjuang demi nama, tapi berjuanglah demi umat demi masyarakat.

Umar bin Khattab: Keadilan sebagai Fondasi Kepemimpinan

Dalam lanjutan pidatonya, Prabowo menyebut Umar bin Khattab sebagai teladan bagi pemimpin yang mengedepankan keadilan sosial dan moralitas publik. Umar adalah khalifah yang hidup sederhana, tidak membuat batas antara dirinya dan rakyat, dan sangat tanggap terhadap penderitaan kaum miskin.

Umar menorehkan sejarah sebagai pembaharu sistem pemerintahan Islam: dari pembentukan lembaga kehakiman, administrasi pajak, sampai pelaksanaan jaminan sosial. Prabowo menilai bahwa dalam dunia yang penuh ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan hukum, sosok seperti Umar sangat relevan untuk dijadikan cermin.

“Tanpa keadilan, kekuasaan akan kehilangan legitimasi,” begitu kira-kira pesan yang disampaikan Prabowo. Sebagai Presiden, ia menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuasaan dan keadilan—karena kekuasaan yang tidak adil akan melahirkan pemberontakan, sementara keadilan yang konsisten akan melahirkan kepercayaan dan persatuan.

Muhammad Al-Fatih: Visi Peradaban dan Kepemimpinan Inovatif

Terakhir, Prabowo menyebut Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel, sebagai simbol visi dan inovasi kepemimpinan Islam. Muhammad Al-Fatih mempersiapkan penaklukan itu sejak usia muda, dengan disiplin ilmu yang tinggi, strategi militer yang kuat, teknologi militer yang modern, dan aspek spiritual dan keimanan yang kuat kepada Allah Swt.

Kemenangan Al-Fatih bukan sekadar kemenangan militer, tetapi juga kemenangan peradaban. Ia membuktikan bahwa pemimpin Muslim bisa membangun kota modern yang multikultural dan toleran. Prabowo menggarisbawahi bahwa umat Islam tidak hanya harus kuat secara militer, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban.

Dalam era digital dan geopolitik yang berubah cepat, Prabowo menekankan bahwa pemimpin Muslim harus memiliki visi global, kemampuan teknokratis, dan keberanian mengambil langkah besar, sebagaimana dilakukan oleh Al-Fatih di abad ke-15.

Komitmen terhadap Solidaritas Palestina

Prabowo juga menyuarakan komitmen teguh Negara Indonesia terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina. Ia menyebut bahwa rakyat Palestina sedang mengalami penderitaan luar biasa dan dunia Islam tidak boleh tinggal diam. Dalam pidatonya yang tegas, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia tidak akan mundur satu langkah pun dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran keislaman Prabowo tidak hanya bersifat historis atau simbolik, tetapi juga praktis dan kontekstual, terutama dalam diplomasi internasional. Solidaritas terhadap Palestina menjadi bagian dari etika Islam global yang mengedepankan keadilan dan kemanusiaan.

Islam Wasathiyah: Jalan Tengah dalam Diplomasi dan Kepemimpinan

Salah satu poin yang tidak kalah penting yaitu penekanan Prabowo atas pentingnya Islam Wasathiyah: tengah atau moderasi. Dalam menghadapi dunia yang penuh konflik dan ekstremisme, Prabowo menyerukan agar umat Islam menjadikan toleransi, keseimbangan, dan kerja sama lintas bangsa sebagai prinsip utama.

Ia memuji nilai-nilai Islam Nusantara yang selama ini menjadi contoh praktik Islam yang damai dan moderat. Dalam pidatonya, Prabowo ingin mengingatkan bahwa kekuatan umat Islam terletak pada kemampuannya merangkul perbedaan, bukan memperuncingnya.

Membangun Kepemimpinan Islam yang Berintegritas

Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Parlemen OKI ke-19 adalah lebih dari sekadar pernyataan politik. Ia merupakan ajakan reflektif untuk membangun kembali peradaban Islam melalui nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para tokoh besar umat Islam.

Dengan menyatukan gagasan persatuan ala Salahuddin, keberanian Khalid bin Walid, keadilan Umar bin Khattab, dan visi Muhammad Al-Fatih, Prabowo merumuskan arah baru kepemimpinan Islam di tengah dunia yang penuh tantangan. Kepemimpinan seperti inilah yang diharapkan bisa membawa umat Islam menuju masa depan yang bermartabat, kuat, dan adil. 

Pokok-pokok pemikiran kepemimpinan strategis dengan mengambil filosofi dan inspirasi pada tokoh-tokoh besar Islam ala Prabowo Subianto ini digambarkan begitu komprehensif dalam buku Islam Ala Prabowo Subianto : Cara Prabowo Subianto Mengamalkan Ajaran Islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, Prof. Dr. Noor Achmad, Idrus Marham, Prof. Dr. Said Aqiel Sirodj, KH Dr Asad Said Ali, Jenderal TNI (Purn) AM Hendro Priyono dan lain-lain.

Para tokoh besar ini berupaya mengupas gagasan kepemimpinan Islam modern ala Prabowo Subianto. Sebuah model kepemimpinan Prabowo Subianto yang menjadi cara Prabowo dalam menerjemahkan keimanan dan nilai-nilai spiritualnya dengan model kepemimpinan yang mengedepankan teladan, akhlak, keiklhasan dan menjadikan kepentingan masyarakat dan bangsa di atas kepentingan apa pun!*


Sumber :  Mujahidin Nur, Direktur Peace Literacy Institute Indonesia & Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga BKM (Badan Kesejahteraan Masjid)


Comments0

Type above and press Enter to search.