Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterapkan di Papua sejak tanggal 17 Februari 2025 telah menuai respon dari masyarakat setempat termasuk reaksi penolakannya dengan program tersebut. Pada awal penerapan MBG, banyak pelajar dan tokoh di Papua menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena merasa lebih membutuhkan pendidikan gratis, beasiswa, dan peningkatan kualitas pendidikan dibandingkan penyediaan makanan bergizi di sekolah.
Penolakan terhadap MBG di Papua tidak muncul tanpa alasan. Sedikitnya ada 2 alasan utama yang menyebabkan masyarakat papua menolak program MBG yaitu, pertama persepsi bahwa pendidikan yang murah atau gratis lebih mendesak daripada makanan gratis. Banyak orang tua merasa bahwa selama ini mereka masih bisa memberikan makanan bagi anak-anak mereka, tetapi biaya pendidikan tetap menjadi beban. Kedua, masih ada trauma dengan insiden keracunan makanan yang dialami oleh para siswa yang ada dipulau jawa serta ketidakpercayaan terhadap program yang melibatkan aparat dalam distribusi makanan yang menurut mereka adalah musuh OAP.
Di sisi lain, pemerintah meluncurkan program MBG bukan sekadar program untuk memberikan makanan gratis terhadap anak-anak papua, tetapi bagian dari strategi besar pemerintah untuk menekan angka stunting, meningkatkan kualitas pendidikan, serta mengurangi beban ekonomi masyarakat. Intervensi stunting melalui program MBG memang sangat penting dilakukan melihat papua merupakan wilayah yang menempati peringkat tertinggi dalam kasus stunting secara nasional. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2024), prevalensi stunting di Papua mencapai 28,5%, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 21% yang menempatkan Papua menjadi salah satu wilayah dengan tingkat stunting tertinggi di Indonesia. Tingginya angkat stunting tersebut menyebabkan IPM di papua selalu menampati urutan paling bawah dibandingkan dengan provinsi lain. Kondisi paling kontras terlihat di wilayah yan masih terisolir seperti papua pegununungan dan lani jaya. Kurangnya asupan nutrisi yang cukup bagi anak-anak di usia sekolah dan masa kehamilan menjadi salah satu faktor utama tingginya angka stunting tersebut terjadi.
Dengan adanya MBG, pemerintah memastikan bahwa generasi Papua memiliki fondasi kesehatan yang lebih baik, karena dengan menu lengkap berupa protein, karbohidrat dan sayur-sayuran yang diberikan setiap hari akan memberikan Angka Kecukupan gizi ( AKG ) bagi ibu hamil dan anak-anak di papua yang nantinya akan berujung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Studi di Manokwari menunjukkan bahwa anak penerima MBG mengalami peningkatan 15% berat badan dan 10% tinggi badan dalam 6 bulan pertama program dibandingkan dengan kondisi sebelum program tersebut diluncurkan.
Program ini juga berkontribusi dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang cukup memiliki daya konsentrasi yang lebih baik di kelas, sehingga mereka bisa belajar dengan maksimal. Hal ini telah terbukti di berbagai negara lain yang menerapkan program serupa.. Selain itu, MBG membantu mengurangi angka ketidakhadiran di sekolah karena anak-anak lebih termotivasi untuk datang ke sekolah ketika mendapatkan makanan bergizi secara gratis.
Selain dampak positif bagi kesehatan dan pendidikan, program ini juga mengurangi beban ekonomi keluarga. Tidak semua orang tua mampu menyediakan makanan bergizi setiap hari, terutama di daerah terpencil dengan akses bahan makanan yang terbatas. Dengan adanya MBG, keluarga dapat mengalihkan sebagian pengeluaran mereka untuk kebutuhan lain, termasuk pendidikan anak.
Melihat dampak luas yang ditimbulkan oleh Program MBG tersebut maka dapat dikatakan bahwa program MBG bukanlah sekadar kebijakan populis, melainkan langkah revolusioner untuk memutus siklus kemiskinan dan ketertinggalan yang telah lama membayangi Papua. Melalui asupan gizi yang cukup, anak-anak Papua akan memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, belajar, dan meraih cita-cita mereka. program ini juga menjadi memontum bagi semua pihak termasuk pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dunia usaha maupun komunitas untuk berperan aktif dalam membangun kesadaran akan pentingnya pola makan sehat.
Daripada menolak program ini, lebih baik kita mengoptimalkan pelaksanaannya agar manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk memastikan bahwa MBG benar-benar menjadi solusi, bukan beban. Program ini bukan hanya sekadar proyek pemerintah, tetapi langkah nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Papua.
Comments0