TpCiTSdpTSG0GpAoTfC8GpA9BY==

Papua dalam perspektif mahasiswa di timur tengah: Menalar Papua dengan Wasathiyah


Mahasiswa Papua diluar negeri 

Riyadh (30/11/2025), Menjadi mahasiswa Indonesia di Timur Tengah, tak terkecuali Arab Saudi, kerap dimaknai sebatas penuntut ilmu agama yang teralienasi dari dinamika tanah air Indonesia. Padahal, tanggung jawab  kami melampaui batas-batas universitas, yaitu merawat keutuhan wawasan kebangsaan dari jarak yang sangat jauh. Meski secara jarak geografis terpisah oleh luasnya Samudera Hindia, isu-isu dalam negeri, khususnya tantangan pembangunan dan kemanusiaan di Papua yang telah lama berlarut-larut, tidak pernah luput dari prioritas diskursus kami.

Kami menyadari bahwa problematika Papua tidak dapat diselesaikan hanya secara parsial, dengan pendekatan keamanan atau ekonomi semata. Melainkan dibutuhkan pendekatan lain,  seperti  pendekatan humanis dengan kepedulian yang tulus. Jarak yang jauh inilah yang justru memberikan kami perspektif yang objektif untuk melihat Papua sebagai etalase keadilan Indonesia yang harus dijaga marwahnya.

Di bangku pendidikan tinggi di Timur Tengah, tak terkecuali Arab Saudi, kami tidak hanya belajar tentang hukum halal-haram, tetapi juga menyelami esensi wasathiyah (moderasi) dan al-'adalah al-ijtimaiyyah (keadilan sosial) sebagai fondasi utama peradaban. Perspektif ini menyadarkan kami bahwa pembangunan di Papua tidak boleh direduksi sekadar pada aspek fisik infrastruktur semata. Pembangunan di Papua haruslah dibarengi dengan pemenuhan keadilan sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, dan hak-hak masyarakat adat.

Islam mengajarkan bahwa keadilan adalah hak yang melekat pada setiap jiwa tanpa memandang etnis atau geografi. Oleh karena itu, dengan tegas kami menolak segala bentuk kekerasan, baik yang dilakukan aparat maupun kelompok sipil, atas nama apapun. Kami mendorong dialog yang bermartabat sebagai sebuah jalan keluar, sebagaimana sejarah Islam mencatat bahwa peradaban besar selalu dibangun di atas fondasi perdamaian, bukan koersi.

Narasi kepedulian ini tentu tidak akan bermakna tanpa aksi nyata. Mahasiswa dan alumni Timur Tengah memiliki tanggung jawab moral untuk turun tangan sebagai agen perubahan melalui jalur pendidikan dan dakwah kultural. Kami menyatakan kesiapan kami untuk menjadi jembatan penghubung akses pendidikan (seperti beasiswa) dengan membuka akses seluas-luasnya bagi saudara-saudara kami, putra-putri Papua agar dapat menuntut ilmu di Timur Tengah. Inisiatif ini merupakan ikhtiar konkret kami untuk menghapus stigma negatif dan rasisme yang selama ini melanda dan mencederai saudara kami di Papua. Hal ini selaras dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika negara Indonesia yang termaktub dalam UUD 1945 Pasal 36A, yang mengandung amanat konstitusi sebagaimana kemudian disebutkan dalam Pasal 31, bahwa setiap anak bangsa, apapun latarnya, memiliki hak pendidikan dan kemuliaan yang setara.

Sebagai penutup, mari kita sudahi segala retorika yang memecah belah dan mulai merajut kembali ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dengan ketulusan. Papua adalah bagian dari bangsa kita, amanah sejarah yang harus kita jaga dengan keadilan dan aksi nyata. Dari tanah rantau di Timur Tengah, secara khusus Arab Saudi, kami mengirimkan keyakinan dan gagasan: Visi Indonesia Emas 2045 hanya akan terwujud jika Papua telah sejahtera, berdaya, serta berdiri tegak sebagai pilar kokoh kejayaan bangsa.


Penulis : Admin, Mahasiswa Papua

Comments0

Type above and press Enter to search.